Guru Ngajakin Making Love

CeritaRemajaXXX - Guru Ngajakin Ngentot kisah mesum baru 2012 ini adalah kecabulan nyata yang dilakukan seorang guru SMP pada belasan murid perempuannya. Seperti dituturkan Mardi pada penulis, telah diedit tanpa mengaburkan keaslian maknanya.

http://www.ceritaremajaxxx.blogspot.com

Mardi adalah lelaki berusia 35 tahun yang masih juga ngejomblo dan pekerjaan sehari-harinya sebagai guru di SMP swasta di kota S(Edited).

Kenapa tetap ngejomblo?
Ceritanya diusia belasan dulu, Mardi pernah dikecewain Mustinah, gadis kampung idamannya yang kemudian kawin dengan bandot tua bernama Muksin, juragan tanah di kampung itu. Setelah merantau dan menjadi guru di kota S, Mardi juga pernah beberapa kali menjalin asmara, misalnya dengan Susi, karyawati disebuah hotel di kota S. Tapi, Mardi pun jadi kecewa setelah tahu kalau Susi tak lebih hanyalah wanita panggilan yang tubuhnya sudah seringkali dijamah lelaki hidung belang. Sedangkan dengan Erna, anak kepala desa di kota S, orangtua Mardi dikampung kurang sregg, jadi Mardi terpaksa hengkang meninggalkan Erna. Takut kualat sama ortunya.

Di kota S, Mardi tinggal dikompleks pengajar di SMP swasta itu. Nah kelakuan bejat Mardi mulai terjadi dua tahun terakhir, dan semakin menjadi-jadi karena selama itu tak pernah ketahuan.

Awalnya, suatu pagi Mardi bingung sekali harus bagaimana. Semalam sebelumnya, ia bersama beberapa teman bujang disekitar kompleks pengajar habis melototin adegan layak sensor dari VCD miliknya. Gambaran adegan porno yang ditontonnya membuat libido Mardi terus melonjak dan butuh tersalurkan, sementara istri belum punya. Mau belanja ke lokalisasi, Mardi takut kepergok kenalan. Profesi sebagai guru yang patut digugu dan ditiru tentu saja melarangnya secara sosial untuk melakukan itu.

"Ayo Lina, kamu maju kedepan dan kerjakan tugas ini dipapan," perintah Mardi pada muridnya. Pagi itu Mardi mengajar matematika untuk kelas satu. Jumlah murid kelas 1A hanya 30 orang, yang cowok 10 dan cewek 20. Begitu dapat perintah Mardi, Lina maju kedepan untuk mengerjakan perintah pak guru Mardi.
"Sudah pak.., sudah selesai," kata Lina setelah mengerjakan tugas dipapan tulis. Mardi bangkit dari duduknya, dan mengamati tugas yang dikerjakan Lina.
"Wah., kamu ini pasti tidak pernah belajar ya? Kok ini salah semua.. Sini kamu Lina, bapak beri hukuman," Mardi sedikit melotot meminta muridnya mendekat.

Lina adalah gadis ABG berusia 13 tahun. Bagi Mardi, murid yang satu ini cukup manis dan cantik, walaupun masih ABG alias bau kencur. Body Lina yang mulai remaja membuat daya tarik tersendiri bagi Mardi, apalagi tubuh bongsor Lina membuat susu yang baru tumbuh terlihat sexy tak ber BH.

"Nih.. Lain kali belajar yang rajin ya..," Mardi mencubit bokong Lina dengan gemas sampai gadis cilik itu meringis kesakitan.
"Ampun pak guru.. Iya besok saya belajar," Lina takut sekali dimarahi pak guru Mardi.
"Anak-anak yang lain, kalau kalian tidak belajar maka kalian akan bernasib sama kayak Lina. Nah Lina, jam istirahat nanti kamu menghadap pak guru ya, kalau nggak ada diruang guru kamu cari bapak dirumah," perintah Mardi lagi, Lina merunduk ketakutan. Setelah jam pelajaran Matematika selesai, Mardi kembali kerumahnya yang hanya beberapa meter dari sekolah. Kelas 1A kemudian diajar bu Westi untuk pelajaran IPA.

Kesempatan jam istrirahat satu jam lagi dinanti Mardi dirumahnya, akal bulusnya mulai disusun untuk dapat melampiaskan nafsu yang terpendam pada Lina.

"Teng.. Teng.. Teng," bel istirahat berbunyi, anak-anak SMP terlihat berhamburan keluar untuk beli aneka jajanan dikios-kios sekitar sekolah.

Diruang tamu rumahnya, Mardi menunggu Lina datang. Dan betul saja, beberapa menit setelah lonceng berbunyi Lina terlihat menuju rumah pak guru Mardi.

http://www.ceritaremajaxxx.blogspot.com

"Ayo masuk Lina, duduk disini," kata Mardi begitu Lina sampai.
"Iya pak guru," Lina langsung duduk dikursi di depan Mardi.
"Nah sekarang kamu jelaskan kenapa kamu ini terlambat sekali berpikirnya, apa dirumahmu banyak pekerjaan yang harus kau lakukan, atau memang kamu malas belajar hah?" Mardi berlagak marah membuat Lina ketakutan.
"Eh.. Anu pak.., saya kalau dirumah memang repot jagain adik yang masih kecil, jadi sering lupa belajar, maaf pak guru," Lina tertunduk.

Mardi tersenyum simpul melihat Lina yang ketakutan, ia pun segera berpikir untuk menggarap murid bongsor itu. Mardi kemudian menjelaskan pada Lina kalau dirinya bisa pintar secara instan tak perlu belajar, tentu saja itu akal-akalan Mardi.

"Kalau kamu mau, kamu harus datang kesini nanti sore biar bapak kasih tahu rahasia pintarnya," kata Mardi meyakinkan.
"Mau pak.. Saya mau sekali asal bisa pintar dan jadi juara," jawab Lina lugu. Waktu pun disepakati, Lina akan datang jam 5 sore untuk menerima rahasia ilmu dari pak guru Mardi.

Mardi sudah menyiapkan segala sesuatunya untuk menggarap tubuh Lina sore itu. Ia tahu benar kalau sore itu kompleks pengajar yang hanya tiga rumah akan sepi karena pak Mad dan bu Westi ada acara arisan keluarga. Mardi tak ikut karena belum berkeluarga.

"Tok.. Tok.. Tok," pintu rumah terdengar ketukan.
"Eh kamu Lina.. Kok cantik sekali kamu..," Mardi menyambut Lina dengan genit.
"Jadi kan bapak kasih ilmunya?" tanya Lina dimuka pintu.
"Jadi dong, ayo masuk kamu," Mardi menuntun Lina masuk kerumahnya, setelah itu pintu utama ditutup rapat. Lina pakai rok sekolah sebatas lutut dipadu kaos ketat warna pink, membuat susu yang baru tumbuh nampak tersembul kedepan.
"Nah sekarang bapak mau kasih rahasia pintar, tetapi kamu janji dulu untuk tidak cerita kepada siapapun. Soalnya, kalau murid yang lain tahu mereka akan cemburu dan minta ilmu itu juga, nanti kamu banyak saingan dan susah jadi juara, mau kan?" kata Mardi.
"Iya.. I.. Iya pak saya janji," jawab Lina lugu.
"Oke kalau begitu, sekarang kamu duduk disini ya, biar bapak kasih ilmunya," Mardi menyuruh Lina duduk di bangku kayu, Lina menurut saja.

Setelah Lina duduk, Mardi mendekat dan berbisik-bisik ketelinga kanan Lina.

"Kalau mau pintar, telingamu harus dijilati seperti ini," kata Mardi, lidahnya langsung menyapu daun telinga Lina berkali-kali sambil tangannya memegangi kepala Lina.
"Aduh.. Geli pak guru.. Geli sekali," Lina kegelian berusaha berontak.
"Geli ya?, ya memang begitu, tahan sedikit ya," Mardi berhenti sebentar untuk meyakinkan Lina, tapi jilatan itu dilanjutkan lagi setelah Lina mengangguk. Puas menjilati telinga Lina, jilatan Mardi turun keleher Lina, dan tangannya ikut turun juga mengusap dan sedikit meremasi susu baru tumbuh milik Lina.
"Engghh geli pak guru..," Lina menepis tangan Mardi, Mardi pun menghentikan aktifitasnya.
"Eh kamu ini gimana sih? Mau pintar apa tidak?" kata Mardi sedikit melotot dan berlagak marah. Lina jadi takut.
"Iya pak, mau," jawab Lina tertunduk.
"Baiklah, telingamu sudah bapak bersihkan. Nah sekarang kamu buka bajumu dan mandi gih di kamar mandi itu, tapi jangan pakai sabun, biar bapak yang nyabunin nanti. Mengerti?" Mardi memerintah lagi. Lina yang anak kampung menurut saja, tak menaruh curiga.

Gebyar.. Gebyur.. Lina mulai mandi telanjang. Pintu kamar mandi tak ditutup, dan Mardi menikmati tubuh telanjang Lina dari pintu itu.

"Sudah pak guru, sekarang sabunnya mana?" tanya Lina.

Tubuh Lina yang beranjak remaja membuat nafsu Mardi naik. Susu yang baru tumbuh dan vagina Lina yang belum berbulu dipandangi Mardi bergantian, lalu Mardi mendekati tubuh berkulit putih itu.

"Ehm.. Bapak sabuni badanmu ya," tanpa menunggu jawaban Lina, Mardi segera mengusapi tubuh Lina dengan sabun yang dipegangnya.

Tangan Mardi mulai nakal dan menjamahi susu Lina, mengusap-usap dan menekan nekan. Meski kegelian, Lina nggak berani melawan, takut dimarah pak guru. Eh tangan Mardi lebih berani lagi mengusap di pangkal paha Lina berkali-kali. Setelah puas menjamahi tubuh Lina, Mardi menyuruh Lina menyelesaikan mandi, dan menyuruhnya melilitkan handuk saja setelah selesai. Mardi menunggu diruang tamu.

"Saya sudah selesai mandi pak," Lina keluar kamar mandi dengan tubuh terbungkus handuk.
"Itu baru pintar. Sekarang ikut bapak," kata Mardi dengan mata berbinar, lalu mengamit tangan Lina dan menuntutnya masuk kekamar.
"Sekarang bobo'an disitu ya, biar bapak kasih ilmunya," suruh Mardi pada Lina, lagi-lagi Lina nurut saja.

Setelah Lina berbaring di ranjangnya, Mardi mendekat dan duduk disamping kanan ranjang itu. Tangan Mardi dengan terampil menghempaskan handuk yang dikenakan Lina sehingga tubuh putih Lina yang baru mekar itu langsung terpampang tanpa halangan dihadapan Mardi. Lina sedikit bingung melihat perlakuan gurunya, tetapi gadis cilik itu tak berani protes. Jakun leher Mardi naik turun memandangi susu ranum Lina yang putingnya masih kecil dan tonjolannya pun belum sempurna. Lidah Mardi segera menyapu bibirnya sendiri begitu matanya membentur selangkangan Lina yang ranum belum ditumbuhi bulu.

Tangan Mardi menggerayangi tubuh Lina, sementara Lina tak berkutik menahan geli. Kemudian Mardi naik keranjang dan mulai menciumi tubuh telanjang Lina.

"Pakhh.. Geli pakhh," Lina menolak kepala Mardi saat lidah Mardi menjilati susunya.
"Uh.. Kamu ini gimana sih? Mau pintar apa tidak? Nilai kamu nanti bapak kasih merah semua lho," Mardi mengancam dengan mata melotot.
"Iya deh pak, saya mau pintar.. Tapi geli pak," Lina pasrah akhirnya.
"Nah gitu donk, geli dikit ya ditahan..," ketus Mardi dan kembali mencumbui gadis bau kencur itu.

Lina bukan main kegelian, apalagi selama ini belum pernah dijilatin susunya, berpikir untuk itu pun belum karena usianya masih kecil. Tapi untuk melawan ia tak mampu, selain takut sama Mardi, ia juga ingin mendapat ilmu pintar dari gurunya itu. Jadi, Lina hanya bisa menggeliat sambil terpekik kecil menahan perlakukan Mardi, hal itu membuat Mardi tambah bernafsu melumati tiap jengkal tubuh Lina.

Ciuman dan jilatan Mardi terus turun keperut dan selanjutnya turun lagi menuju selangkangan Lina. Mardi berhenti sejenak, disingkapnya paha Lina agar lebih mengangkang. Mata Mardi hampir loncat melihat vagina Lina yang sangat indah. Gadis berusia 12 tahun itu memiliki vagina yang sip, bibirnya tipis dan bersih tanpa bulu.

"Nah.. Lina, sekarang saatnya pak guru menambah ilmu tadi biar kamu lebih pintar lagi," kata Mardi. Lina tetap pasrah menerima perlakuan gurunya, dan menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya tanpa banyak tanya.
"Ahh pakhh..," Lina terpekik tapi tak berani melawan saat lidah Mardi menjalari permukaan vaginanya. Pinggulnya hanya bisa bergerak kecil menahan geli yang sangat dijilati Mardi.
"Sakit ya Lin?" tanya Mardi ditengah jilatannya.
"Engghaak Pakhh.. Cuma gelii..," jawab Lina.

Jilatan Mardi diteruskan, dan lama-lama Lina merasakan perasaan yang selama ini belum pernah dirasanya. Geli itu berubah menjadi rasa nikmat yang sensasional bagi Lina. Cairan kental mulai merembes dari vagina Lina, lidah Mardi menerima cairan itu dan melanjutkannya, cairan itu ditelan Mardi. Sore itu Mardi benar-benar mempraktekan fore play yang ditontonnya di VCD porno, kepada Lina muridnya. Lidahnya makin berani menelusup dibelahan bibir vagina Lina.

"Ahh.. Pakk Ghuuruu.. Lina pingin pipisshh pakhh..," Lina merasakan seluruh sendi dibokongnya kejang dan terasa enak, tanda-tanda orgasmenya mulai muncul. Mardi tak menyia-nyiakan kesempatan itu, vagina Lina semakin dilumat dan disedot-sedot dengan bibirnya.
"Mmmphhff.. Ahh hayoo.. Pipiss aja Linn.. Mmffphh," Mardi menambah jilatannya divagina Lina, sampai tubuh Lina tersentak-sentak menahan geli.
"Ahh.. Iyaa.. Linndaa piipisss Pakhhh... Uhhh.. Pipiss.. Tuhhh.. Aahhh," Lina kejang beberapa kali. Orgasme pertama yang dirasakannya membuat Lina melambung kenikmatan. Mardi pun menghentikan aksi jilatnya.
"Sakit ya Linn?" tanyanya memandangi wajah Lina yang semakin ayu dilihat.
"Eh.. Enggak paakk.. Bapak jangan marah ya, Lina pipis dimulutnya bapak.. Habis Lina nggak tahan geli sekali sih," Lina takut kalau Mardi marah, cairan nikmatnya itu disangka air kencing.
"Bapak nggak marah, tapi apa yang kau rasakan tadi?" Mardi memancing Lina.
"Enggh.. Geli pak,"
"Enak nggak,"
"Iya.. Geli tapi enak pak," jawab Lina malu.Mardi kini berdiri dan membuka seluruh pakaiannya, telanjang bulat dihadapan muridnya yang bugil.

"Nah Lina, sekarang penutupannya. Kamu akan dapatkan ilmu pintar itu setelah melakukan tugas ini," kata Mardi sambil memegangi penisnya yang tegang.

Lina sangat malu melihat gurunya telanjang, soalnya belum pernah lihat burung kecuali burungnya Anto, adiknya. Tapi Lina nggak berani melawan. Mardi kemudian menyuruh Lina berdiri berhadapan dengannya, lalu Mardi meminta Lina mengisapi burungnya.

"Kamu sekarang isap burung bapak ini ya.., sama seperti tapi bapak jilatin pepek kamu, ayo cepat gih," kata Mardi sambil menuntut kepala Lina merunduk mendekat ke penisnya.
"I... ii.. ya pak," Lina menurut. Bibir mungilnya mengecup penis Mardi dan lidahnya menjilat.

Begitu Lina memasukan penis Mardi kemulutnya, Mardi langsung mencengkeram rambut Lina dan menggerakan kepala Lina maju mundur sehingga mulut Lina bergerak mengoral penis gurunya.

"Ohh nikmaatnya Lin.., ahh.. Ayo teruskan muridku.. Ohhh," Mardi merasakan nikmat luar biasa. Baru kali ini ia merasakan sensasi dioral anunya. Hal itu berjalan sepuluh menit, sampai akhirnya tubuh Mardi mengejang dan penisnya menyemburkan sperma perjakanya menyemprot kewajah Lina.

"Ouhh.. Linndaa.. Ohhh.. Enghh.. Ohhh," Mardi agak berteriak menahan nikmat itu.

Sementara Lina bingung memandangi muncratnya air kental yang sebagain mengenai wajahnya. Setelah itu Mardi membersihkan wajah Lina pakai handuk yang tadi dipakai Lina. Mardi pun menciumi wajah Lina, sambil memeluk gadis cilik itu, sementara Lina bingung harus berbuat apa.

"Terima kasih ya muridku..," kata Mardi.
"Kok bapak yang terima kasih? Kan saya yang dapat ilmu pintar, saya yang harus terima kasih pak," Lina memang lugu, tangan Mardi diamit dan diciumnyua penuh hormat.
"Oh iya ya.. Sekarang kamu sudah pintar, nah pakai lagi gih bajunya dan kamu boleh pulang. Tapi ingat, jangan bilang ke orang lain ya kalau kamu dapat ilmu dari bapak," perintah Mardi.

Sebenarnya saat itu Mardi ingin sekali menyetubuhi Lina, tetapi ia takut jika ketahuan orang. Apalagi Lina masih kecil dan pasti akan kesakitan jika disetubuhi paksa. Setelah Lina pulang, Mardi kembali memikirkan cara agar bisa menyetubuhi anak itu dilain kesempatan.

Dua hari setelah kejadian itu, Mardi kembali dapat jadwal mengajar Matematika di kelas 1A, kelasnya Lina.

"Ayo Lina, sekarang kamu kerjakan tugas ini dipapan," lagi-lagi Mardi menyuruh Lina maju. Hari itu, Mardi sengaja memberi tugas yang mudah agar bisa terjawab oleh Lina.
"Sudah selesai pak," kata Lina setelah menyelesaikan tugas dipapan tulis. Mardi bangkit dan memeriksa tugas yang dikerjakan Lina.
"Ya.. Benar, dan ini juga betul. Wah, kamu pintar sekali Lina," Mardi sengaja memuji, murid yang lain bertepuk tangan disuruh Mardi.
"Nah karena pintar sekarang bapak kasih hadiah, ayo sini bapak gendong," Mardi segera menggendong Lina. Tapi tangan Mardi yang menopang bokong Lina bergerak-gerak nakal mengusapi vital Lina, selama Lina digendongnya.
"Anak-anak, kalau kalian sepintar Lina, maka pak guru pun akan gendong kalian seperti ini. Makanya belajar ya anak-anak," kata Mardi.
"Yaaa.. Pakk," sahut muridnya serempak. Setelah itu Mardi menurunkan tubuh Lina dan pelajaran kembali dilanjutkan di kelas itu.

Hari itu pelajaran Matematika adalah pelajaran terakhir di kelas 1A, dan setelah itu mereka boleh pulang.

"Pak.., saya mau berterima kasih sekali lagi dikasih ilmu sama bapak," Lina menghampiri Mardi setelah semua murid kelas 1A keluar kelas.
"Oh, iya.. Iya.. Yang penting kamu harus jaga rahasia ya supaya cuma kamu yang pintar," Mardi tersenyum melihat kebodohan dan keluguan muridnya itu.
"Emm.. Anu pak, PR yang bapak kasih tadi agak sulit buat saya. Bagaimana supaya saya bisa menjawab PR itu pak..?" tanya Lina lagi.
"Duh Lina, kamu kan sudah pintar.. Atau begini saja, nanti sore kamu datang lagi kerumah bapak biar bapak bantu kerjain PR itu ya," pinta Mardi, Mardi mulai berakal bulus untuk bisa menikmati tubuh Lina lagi. Lina yang lugu, mengangguk lalu pulang.

Sore harinya, Lina datang menemui Mardi di kompleks pengajar. Seperti sebelumnya dengan sikap manis Mardi memperlakukan Lina bagai murid kesayangan, ia pun membantu Lina mengerjakan PR yang diberinya sendiri.

"Wah. Ternyata gampang caranya ya pak," kata Lina senang setelah tugasnya selesai.
"Nah Lin.. Sekarang kan masih sore, gimana kalau bapak kasih ilmu tambahan lagi supaya kamu tambah pintar, mau nggak," Mardi mulai menjebak Lina.
"Mau.. Pak.. Mau," jawab Lina cepat, tanpa curiga.
"Kalau begitu kamu mandi lagi, kayak kemarin itu caranya kok," perintah Mardi.

Lina menurut, dan kejadian sebelumnya terulang lagi, Lina mandi disabuni Mardi, lalu mengenakan handuk berbaring diranjang kamar Mardi. Tubuh Lina mengelinjang dijilati Mardi. Bedanya, kali ini Mardi pun telanjang bulat, siap menyenggamai Lina.

"Ahhh pakhh.. Geli pakhh..," Lina menggelinjang menahan geli dijilati Mardi dibagian vaginanya.
"Geli sakit apa geli enak Lin..?" Mardi menanyakan itu sambil terus menjilati vagina Lina.
"Engghh ahh.. Gelii ehh.. Geli ennakkh pakhh," Lina meringis menahan kenikmatan itu.

Mardi berusaha memperlakukan Lina dengan baik seperti di VCD yang ditontonnya. Tangan Mardi menyibak bibir vagina Lina dan lidahnya menyasar klitoris Lina yang masih kecil dan kencang. Saat klitorisnya dipermainkan lidah pak guru, Lina merasakan nikmat sekali, geli dan nikmat tepatnya. Betul juga perkiraan Mardi, wanita seusia Lina memang sudah bisa menerima rangsangan seksual. Bukankah wanita jaman dulu kawin diusia belasan seperti Lina? begitu pikir Mardi. Sambil mempermainkan klitoris Lina, Mardi mengamit tangan Lina dan menuntunnya memegang rambut Mardi.

"Uhh pakhh.. Linnda pinginn pipisss.. Ouhh," tangan Lina yang sudah samapi dikepala Mardi langsung meremasi rambut Mardi, pinggulnya bergoyang dengan paha mengapit kepala Mardi.

Mardi tak ingin ketinggalan Lina, saat Lina berkata ingin pipis, Mardi segera menghentikan aktifitasnya. Pertimbangan Mardi tepat, saat itu Lina sudah terbakar birahi pula, dan cairan yang keluar dari vagina Lina menunjukan kegatalan yang sangat pada vagina Lina.

"Lin.. Pipisnya nanti aja ya, ditahan dulu. Sekarang bapak kasih ilmu lainnya," Mardi kemudian menindih tubuh Lina, tetapi tangannya menopang agar Lina tak sesak napas.
"Ohh.. Pak, saya mau diapain lagi?" Lina bingung apa mau gurunya itu.
"Bapak mau kasih ilmunya lagi, tapi Lina tahan dikit ya," kata Mardi, tangannya menggenggam penisnya yang sudah tegang dan menepatkan ujungnya ke bibir vagina Lina, lalu menggesek-gesekan ujung penis itu ke bibir vagina Lina. Lina tak merasakan sakit pada vitalnya karena Mardi hanya mengesekan dipermukaan saja.

"Ahh.. Geli Pakk," Lina malah merasa geli dan nikmat digesek anunya Mardi.
"Enak nggak Lin?" Mardi mulai menciumi susu Lina bergantian kanan-kiri.
"Ohh iyyah, enak pak..," Lina mulai tersengal.

Merasa Lina sudah dipenuhi birahi, Mardi kemudian menekan pinggulnya perlahan, setahap demi setahap sambil terus menggesekan penis itu kepermukaan vagina Lina.
Previous
Next Post »
0 Komentar